Resensi Novel "Tujuh Hari untuk Keshia" karya Inggrid Sonya
Sebuah Penyesalan dengan Akhir yang Tidak Terduga
Judul buku: Tujuh Hari untuk Keshia
Penulis: Inggrid Sonya
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2019
Jumlah halaman: 448
ISBN: 978-602-04-8972-8
"Ada atau nggak ada Ayah, Keshia harus tetap bahagia" kata Sadewa (hal 395).
Hubungan antara anak dan ayah setiap keluarga tentu memiliki ceritanya masing-masing. Tidak sedikit seorang anak yang dapat merasakan kasih sayang dari sosok ayah.
Saat ini penulis Inggrid Sonya kembali dengan sebuah novel teenlitnya, berjudul “Tujuh Hari untuk Keshia”. Jika saya lihat dari judul buku, saya sudah dapat menyimpulkan akhir ceritanya seperti apa. Namun, ternyata saya salah. Dalam novelnya kali ini, Inggrid menceritakan sebuah kisah yang membuat saya sebagai pembaca ikut berfikir bagaimana bagian isi dari satu bab ke bab selanjutnya.
Tentang kasih sayang yang terlambat dari seorang ayah. Tentang perjuangan seorang Ayah yang menebus dosa besar dari masa lalunya. Tentang sebuah keajaiban yang membawakan akhir cerita menyakitkan. Sebuah kisah yang menceritakan tentang masalah waktu, kesempatan, dan sebuah arti kehilangan.
Sinopsis
Seorang gadis cantik berusia 16 tahun bernama Keshia. Lahir dari kesalahan orang tuanya. Sejak kecil Keshia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Dirinya tinggal bersama oma dan mamanya. Tetapi karena mamanya yang terlalu sibuk bekerja, membuat Keshia harus dibesarkan oleh sang oma.
Kisah ini berawal ketika omanya meninggal dan Diana mamahnya ingin kembali menikah. Akhirnya takdir membawa Keshia kepada Sadewa, ayah kandungnya. Lewat perantara Diana yang mengantarkan dirinya ke rumah Sadewa. Karena Diana tidak ingin Keshia ikut bersamanya dan suami barunya.
Sadewa Bimasena, terkejut ketika sang mantan pacar tiba-tiba membawa seorang gadis remaja datang ke rumahnya dan mengaku bahwa anak itu adalah anaknya. Sejak saat itu Sadewa tahu bahwa hidupnya ke depan akan kacau. Dan benar saja, dirinya dan Keshia tidak pernah akur dalam urusan apapun. Entah itu karena tagihan listrik, utang di warung beras, maupun hal kecil lainnya seperti hilangnya remote tv. Semakin berjalannya waktu, Keshia semakin mulai mengetahui kebiasaan ayahnya ini. Ayahnya memiliki sebuah band bernama seventy six, dengan anggota lima orang yang dimana anggota paling mudanya ternyata seumuran dengan Keshia dan telah mengenal Keshia. Bahkan telah menyukai dan mengawasi Keshia secara diam-diam. River, seorang anak dengan keluarga yang terkenal lagi kaya, tetapi tidak berjalan harmonis.
Tibalah pada suatu saat, terjadi sebuah kecelakaan yang merubah keadaan. Sebuah kecelakaan yang menyebabkan Keshia meninggal dan membuat Sadewa menyesali kesalahan dimasa lalunya. Dirinya sangat berharap penuh pada Tuhan bahwa keajaiban akan datang. Takdir pun mengikuti keinginan Sadewa, Keshia akan hidup kembali dengan syarat waktu akan diulang selama tujuh hari kebelakang dan pada saat hari kecelakaan itu tiba, Sadewalah yang menjadi korban. Sadewa sangat menggunakan kesempatan itu untuk membahagiakan Keshia dengan memberikan apa yang putrinya inginkan, memperbaiki hubungannya dengan Keshia, dan membawa Diana kembali.
Tibalah saat dimana kecelakaan itu terulang kembali, membuat Sadewa pergi selama-lamanya. Keshia yang mendengar kabar bahwa sang ayah telah meninggalkannya tidak terima, berbulan-bulan dirinya mengurung diri dikamar, bahkan jika ada masalah apapun itu, nama Sadewa yang pertama kali diucapkan. Tetapi dengan bantuan orang sekitar termasuk River. Akhirnya Keshia perlana mulai pulih. Dan perihal River, dirinya berjanji pada Sadewa untuk menjaga Keshia dengan menikah dengan Keshia.
Kelebihan
Untuk cover bukunya sendiri mencerminkan dari isi ceritanya, warna hitam yang dipadukan dengan pohon pinus sangat serasi dengan suasana cerita. Memiliki alur cerita maju dan cenderung lambat, membuat chemistry antara tokoh Keshia dan Sadewa sangat terasa. Sebagian besar isi ceritanya benar-benar terfokus pada Keshia dan Sadewa, jadi saya sebagai pembaca pun ikut terhanyut dalam kisah mereka berdua. Dan ada beberapa bagian cerita yang benar-benar fiksi, hal itu membuat cerita ini sangat berbeda dan menarik untuk dibaca. Gaya bahasa yang digunakan sangat kekinian, ditambah sang ayah yaitu Sadewa menggunakan kata “lo-gue” menjadikan pembaca lebih santai membacanya. Setiap tokohnya memiliki karakter yang kuat, khususnya Keshia dan Sadewa yang tidak diragukan lagi, mereka berdua mampu membuat pembaca merasakan peran mereka. Tokoh pendukungnya pun, masing-masing memiliki karakter yang sangat menambahkan jalannya cerita. Pesan yang disampaikan penulis pun sangat sampai kepada membaca. Buku ini membuat kita mengerti bahwa sosok ayah yang kebanyakan orang lihat cuek dan misterius, namun jauh dibalik itu semua dirinya sangat peduli pada anak-anakya.
Kekurangan
Kekurangannya hanya satu, yaitu dimana ada satu tokoh yaitu sosok Jack atau Saegal yang membuat saya sebagai pembaca kebingungan. Tapi, setelah membawa buku membaca buku ini untuk kedua kalinya, barulah saya memahami bahwa dia adalah River yang sedang terbaring koma.
Kesimpulannya, cerita ini banyak sekali pelajaran hidup yang saya dapat. Inggrid Sonya lagi-lagi mampu membuat pembaca setianya tidak menyesal setelah membaca hasil karyanya dan pada bukunya kali ini Inggrid mampu membuat saya yang sudah beberapa kali membaca dari novel teentlit, baru kali ini menemukan novel yang sangat menguras air mata. Karena chemistry antar-pemain nya yang sangat terasa.
.jpg)